Orang orang shalih merupakan teladan bagi umat Islam. Mereka adalah individu yang istiqomah dalam beribadah, menjauhi larangan, dan senantiasa menjalankan perintah Allah. Orang orang shalih juga dikenal dengan kebaikan akhlak dan perilaku mereka.

Namun, siapakah sebenarnya orang orang shalih itu? Apakah mereka harus memiliki ilmu sakti, berjidad hitam, atau memakai sorban dan baju putih? Apakah mereka harus banyak shalat, zakat, sedekah, atau wirid?

Pengertian shalih menurut etimologi adalah ‘baik’, ‘tidak rusak’, dan ‘patut’. Sedangkan, shalih secara terminologi adalah ‘orang yang baik’, ‘orang yang tidak rusak’, dan ‘orang yang patut’.

Dalam Al-Quran, Allah SWT menyebutkan beberapa ciri-ciri orang orang shalih, di antaranya adalah:

• Mereka membacakan ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud. (QS. Ali Imran: 113)
• Mereka beriman kepada Allah dan hari akhir. (QS. Ali Imran: 114)
• Mereka menyeru yang makruf dan mencegah yang munkar. (QS. Ali Imran: 114)
• Mereka bersegera mengerjakan kebajikan. (QS. Ali Imran: 114)
• Mereka mengerjakan amal saleh. (QS. Al-Ankabut: 9)

Dari ciri-ciri di atas, kita dapat memahami bahwa orang orang shalih bukanlah yang hanya memperhatikan ibadah vertikal kepada Allah, tetapi juga ibadah horizontal kepada sesama makhluk. Mereka tidak hanya menjalankan kewajiban, tetapi juga sunnah dan akhlak. Mereka tidak hanya mengamalkan ilmu, tetapi juga menyebarluaskannya. Mereka tidak hanya mengharap pahala, tetapi juga ridha Allah.

Orang orang shalih juga memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki orang lain. Hanya doa orang shalih yang bisa menyambung amalan orang tua yang sudah wafat. Rasulullah SAW bersabda:

“Jika anak Adam meninggal, maka amalnya terputus kecuali dari tiga perkara, sedekah jariah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang berdoa kepadanya.” (HR. Muslim)